KENDARI, katasultra.id – Memimpin Partai Golkar Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bukanlah tugas yang ringan, terlebih bagi seorang Bupati yang masih aktif membangun daerah. Inilah tantangan ganda yang kini dihadapi oleh Darwin, Bupati Muna Barat yang baru saja mengukuhkan posisinya sebagai Ketua Golkar Sultra. Menurut pengamat politik, kesuksesan Darwin dalam menjalankan kedua peran ini akan menjadi kunci bagi masa depan partainya.
Dalam wawancara eksklusif dengan Sultranesia.com, Senin (3/11), Pengamat Politik Awaluddin Maruf, Dosen Fisipol Universitas Muhammadiyah Kendari, membeberkan sejumlah analisisnya mengenai arah Golkar Sultra di bawah pimpinan Darwin.
Awaluddin menilai, Darwin memiliki komitmen besar terhadap partai, namun dihadang oleh sejumlah tantangan signifikan. Tantangan pertama adalah mengonsolidasikan kader hingga ke tingkat akar rumput.
“Pasca kepemimpinan Pak Herry Asiku, figur penggerak partai belum terlalu kuat untuk mendongkrak elektabilitas Golkar di Sultra,” ujarnya.
Selain itu, Darwin juga harus cermat menyatukan berbagai kepentingan di internal partai, termasuk figur-figur senior yang masih memiliki pengaruh kuat.
“Bagaimanapun, figur-figur senior seperti Pak Herry masih punya pengaruh besar. Ini tantangan bagi Pak Darwin, bagaimana ia bisa menyatukan berbagai patron politik di internal partai. Itu di level elite,” jelas Awaluddin.
Di tingkat bawah, Golkar dinilai perlu menghidupkan kembali fungsi partai sebagai sarana pendidikan politik dan agregasi kepentingan untuk memperkuat perolehan kursi di Pemilu 2029.
Awaluddin mengakui bahwa Darwin memiliki modal finansial yang kuat untuk memobilisasi kader. Namun, ia menekankan bahwa pekerjaan membangun partai tidak bisa hanya mengandalkan hal tersebut.
“Saya optimistis, di sisi kekuatan finansial, Pak Darwin mampu menggerakkan kader… Tantangan berikutnya adalah bagaimana menyatukan patron-patron dan tokoh-tokoh Golkar agar sejalan dengan arah kepemimpinannya,” paparnya.
Salah satu gagasan yang dilontarkan Darwin adalah kemandirian finansial partai. Awaluddin menyebut ide ini sebagai langkah yang brilian untuk membangun kelembagaan partai yang tidak bergantung pada individu.
“Kita tahu, biaya politik di Indonesia sangat besar, sementara sumber pendanaan partai sering kali tidak transparan. Jadi wacana ini harus dikawal serius oleh seluruh kader Golkar agar bisa diwujudkan,” tegasnya.
Tantangan terbesar Darwin, menurut Awaluddin, terletak pada kemampuannya menyeimbangkan peran sebagai Bupati dan Ketua Partai.
“Sebagai Bupati Muna Barat, Pak Darwin harus menunjukkan keberhasilan dalam membangun daerah… Kalau beliau sukses memimpin Muna Barat, maka kepercayaan publik terhadap kepemimpinannya di Golkar juga akan meningkat,” ujarnya.
Sebaliknya, jika pembangunan di Muna Barat stagnan, hal itu dapat menjadi beban politik yang berat. Keberhasilan di daerah akan menjadi fondasi untuk membangun citra Darwin sebagai figur provinsi yang mampu memperluas basis dukungan Golkar.
“Kalau Darwin bisa menjalankan dua peran sekaligus, Bupati dan Ketua Golkar Sultra secara baik, ia bisa menjadi figur besar di Sulawesi Tenggara,” pungkas Awaluddin.
Perjalanan kepemimpinan Darwin di Golkar Sultra masih panjang. Optimisme dan modal sosial yang dimilikinya akan diuji oleh kemampuannya dalam mengkonsolidasikan partai dari tingkat elite hingga akar rumput, sambil membuktikan kinerja konkretnya dalam memimpin Muna Barat. (Red/katasultra.id)


																						




