Santri Membantah, Pelapor Malah Dilaporkan: Dugaan Rekayasa Pelecehan Seksual Guncang Pesantren Muna Barat

Berita, Daerah858 Dilihat

Muna Barat, katasultra.id – Tuduhan pelecehan seksual yang sempat mengguncang Pondok Pesantren Darul Mukhlasin As Saniy di Desa Kasakamu, Kecamatan Kusambi, Muna Barat, kini mendapat bantahan keras. Lima santriwati justru mendatangi Polres Muna pada Rabu (28/5/2025) untuk membantah tudingan tersebut sekaligus melaporkan dugaan pencemaran nama baik.

Salah satu santri, RS (15), secara resmi mengajukan laporan sebagai pelapor. Empat rekannya hadir sebagai saksi. Mereka secara tegas menyatakan tidak pernah menjadi korban pelecehan seksual di pesantren tersebut. Dalam kesaksiannya, mereka menunjuk seorang perempuan berinisial SRN sebagai pihak yang diduga menjadi sumber awal penyebaran isu yang mereka sebut sebagai fitnah.

“Kami tidak pernah menjadi korban. Tuduhan ini bohong. Nama baik saya, teman-teman, dan pesantren sudah rusak karenanya,” tegas RS kepada wartawan di Muna Barat, Kamis (29/5/2025). Ia menekankan dampak buruk yang ditimbulkan oleh isu tersebut terhadap kehidupan mereka dan reputasi lembaga pendidikan tempat mereka menimba ilmu.

Menurut keterangan para santriwati, isu pelecehan seksual ini pertama kali beredar di kalangan mereka sejak Februari 2025. Awalnya dianggap sebagai gosip biasa, namun situasi berubah serius setelah Kementerian Agama Kabupaten Muna Barat melakukan kunjungan klarifikasi ke pesantren pada 8 Mei 2025 lalu, menyusul merebaknya isu tersebut

Kecurigaan bahwa isu ini sengaja direkayasa semakin menguat setelah RS mengungkapkan adanya intervensi dari pihak luar. Seorang pria berinisial LH, yang mengaku sebagai seorang ustaz dari Magelang, Jawa Tengah, diduga menghubungi beberapa santri secara pribadi melalui aplikasi WhatsApp.

RS mengaku LH membujuk mereka untuk bersedia mengaku sebagai korban pelecehan dan menawarkan bantuan untuk pindah ke pesantren lain. “Dia bilang, ‘Jangan mondok di situ lagi. Nanti saya carikan pondok yang lebih baik.’ Kami merasa ditekan,” ungkap RS.

Pimpinan Pondok Pesantren Darul Mukhlasin As Saniy, Muhammad Jamaludin, membenarkan adanya upaya serupa yang dialami oleh salah seorang ustazah di pesantrennya. Jamaludin menyatakan bahwa dalam komunikasi yang diterima ustazah tersebut, LH secara terang-terangan mengaku sebagai pihak yang telah menyebarkan isu pelecehan seksual ke masyarakat Desa Kasakamu.

“Dia terang-terangan bilang bahwa semua warga tahu karena dia sendiri yang menyampaikan. Dia mengaku mendapat informasi dari SRN, yang katanya korban,” ujar Jamaludin

Ironisnya, hingga berita ini diturunkan, SRN, yang dituding sebagai sumber awal isu oleh santri yang melapor dan pimpinan pesantren, belum pernah muncul di hadapan publik untuk memberikan klarifikasi. Ia juga belum ditemukan melakukan pelaporan resmi atas tuduhan pelecehan seksual tersebut ke kepolisian. Justru sebaliknya, nama SRN kini menjadi terlapor dalam laporan dugaan pencemaran nama baik yang diajukan oleh RS dan kawan-kawan ke Polres Muna.

Kasus ini menyisakan pertanyaan besar tentang motif di balik penyebaran isu yang telah merusak nama baik pesantren dan para santriwinya.

Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *